Tampilkan postingan dengan label Berwirausaha. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Berwirausaha. Tampilkan semua postingan

Selasa, 21 Februari 2012

Budidaya Ikan Gurami


Ikan gurami merupakan ikan air tawar yang sampai sekarang masih menjadi favorit sebagai ikan konsumsi, dengan rasanya yang sangat nikmat ikan ini termasuk dalam golongan ikan mewah dalam ikan konsumsi. Banyak rumah makan menggunakan ikan gurami sebagai menu termahal dari daftar makanan mereka. Budidaya ikan gurami semakin digemari karena harganya yang mahal serta pembudidayaannya yang tidak terlalu sulit.
Jenis ikan gurami yang dibudidayakan sebagai ikan konsumsi adalah:
  • Ikan gurami angsa, memiliki panjang tubuh sampai dengan 65 cm dan berat tubuh bisa mencapai 6 – 12 kg per ekor. Warna tubuh abu – abu dengan sisik relatif lebar. Di daerah sunda biasa dikenal sebagai gurami soang atau gurami galunggung.
  • Gurami Jepang atau nama lainnya adalah gurami jepun, panjang tubuh lebih pendek dibandingkan gurami angsa. Memiliki warna tubuh abu – abu kemerahan terutama ada ujung sirip – siripnya. Memiliki bentuk sisik kecil dan berat mencapai 3.5 kg dan panjang maksimal 45 cm.
  • Gurami Bluesafir, memiliki ciri fisik hampir sama dengan gurami yang lain namun memilii warna merah muda cerah. Berat maksimum mencapai 2 kg per ekor. Produktivitas telur mencapai 5000 – 7000 butir.
  • Gurami Paris, warnanya merah muda cerah tetapi kepalanya berwarna putih dan terdapat bintik – bintik hitam diseluruh tubuh. Berat maksimum mencapai 1,5 kg, dengan produktivitas telur 5000 – 6000 butir
  • Gurami perselen, memiliki warna merahmuda cerah dengan ukuran kepala relatif kecil. Kelebihannya adalah dalam menghasilkan telur jumlahnya bisa mencapai 10.000 butir setiap kali pemijahan. Gurami jenis ini adalah yang paling sering dicari sebagai benih unggul. Berat induknya mencapai 1, – 2 kg.
  • Gurami Bastar, tubuh jenis gurami ini agak kehitaman tetapi warna kepalanya putih. Bentuk sisik nya agak lebar, laju pertumbuhannya termasuk cepat namun jumlah telur yang dihasilkan tidak terlalu banyak hanya 2000 – 3000 butir setiap kali pemijahan.
  • Gurami kapas, memiliki warna putih keperakan mirip kapas dengan bentuk sisik yang cukup besar. Benih gurai jenis ini dapat tumbuh dengan cepat dan dapat mencapai 1 kg dalam waktu sekitar 13 bulan semenjak menetas. Priduktifitas telurnya bisa mencapai 3000 butir setiap kali pemijahan.
  • Gurami batu, memiliki warna hitam dengan sisik yang kasar. Pertumbuhannya cenderung lambat dibandingkan jenis yang lain. Beratnya hanya mencapai 0,5 kg dalam waktu 13 bulan semenjak menetas.
Pakan ikan gurami
Ikan gurami termasuk dalam ikan pemakan segala atau omnivora. Di habitat asalnya ikan inimemakan fioplankton, zoo plankton, serangga dan daun tumbuhan lunak. Pada saat dewasa guramilebih suka memakan tanaman anir seperti azoll mata lele ), lemna, Hydrilla ( ekor kucing ) Ceratopgyllum, myriophyllum ( ekor tupai, pistis ( apu – apu ), kangkung, dan genjer. Untuk pembudidyaan gurami di kolam umpan alaminya adalah daun talas ( daun sente ), daun pepaya, daun ubi kayu ( singkong ) dan kangkung. Saat dibudidayakan, ikan gurami dapat dioptimalkan pertubuhannya dengan memberinya pelet.

Teknologi budi daya
Ikan gurami termasuk ikan yang pertumbuhannya lambat jika dibandingkan dengan yang lain, meski pertumbuhannya lambat, namun pertumbuhannya dapat dipacu dengan pemeliharaan yang baik seperti penebaran pakan yang tepat, pengelolaan air yang sesuai, dan pemberian pakan yang tepat serta penanggulangan penyakit dan hama. Pemeliharaan yang baik akan membuat tingkat kehidupan ikan gurami bisa meningkat sampai 85 – 90 %. Berdasarkan minat para peternak, jenis ikan gurami yang paling sering dibudidayakan adalah jenis gurami blausafir, gurami angsa, dan gurami paris. Karena ketiga jenis gurami tersebut memiliki jumlah telur yang sangat banyak, lebih dari 5000 butir per periode bertelur. Namun jika anda memilih yang pertumbuhannya paling cepat anda bisa memilih gurami jenis bastar. Karena jenis ini memiliki ukuran yang paling besar dan daya tubuhnya relatf kuat dan laju pertumbuhanya relatif cepat.

Pola Bisnis Budidaya Gurami
Pola budidaya gurami dapat disesuaikan dengan kecenderungan dan permintaan pasar, hal ini dikarenakan aspek perkembanganya yang relatif mudah yakni bisa memijah sepanjang tahun ( tanpa mengenal musim ) artinya, pembudidaya bisa mengembangkan ikan gurami sesuai dengan kemampuan dan ketersediaan dana dan luas kolam yang dimiliki.

Jenis usaha yang dapat diikuti oleh para pembudidaya adalah :
  • Usaha pembenihan Gurami
  • Usaha Pendederan Gurami
  • Usaha Pembesaran Gurami
  • Usaha Pemasaran Gurami
Sumber : pemancing

Rabu, 16 Maret 2011

Budidaya Pohon Sengon/Albasia


Sengon dalam bahasa latin disebut Albazia Falcataria, termasuk famili Mimosaceae, keluarga petai – petaian. Di Indonesia, sengon memiliki beberapa nama daerah seperti berikut :

Jawa :jeunjing, jeunjing laut (sunda), kalbi, sengon landi, sengon laut, atau sengon sabrang (jawa).

Maluku : seja (Ambon), sikat (Banda), tawa (Ternate), dan gosui (Tidore)

Bagian terpenting yang mempunyai nilai ekonomi pada tanaman sengon adalah kayunya. Pohonnya dapat mencapai tinggi sekitar 30–45 meter dengan diameter batang sekitar 70 – 80 cm. Bentuk batang sengon bulat dan tidak berbanir. Kulit luarnya berwarna putih atau kelabu, tidak beralur dan tidak mengelupas. Berat jenis kayu rata-rata 0,33 dan termasuk kelas awet IV - V.

Kayu sengon digunakan untuk tiang bangunan rumah, papan peti kemas, peti kas, perabotan rumah tangga, pagar, tangkai dan kotak korek api, pulp, kertas dan lain-lainnya.
Tajuk tanaman sengon berbentuk menyerupai payung dengan rimbun daun yang tidak terlalu lebat. Daun sengon tersusun majemuk menyirip ganda dengan anak daunnya kecil-kecil dan mudah rontok. Warna daun sengon hijau pupus, berfungsi untuk memasak makanan dan sekaligus sebagai penyerap nitrogen dan karbon dioksida dari udara bebas.

Sengon memiliki akar tunggang yang cukup kuat menembus kedalam tanah, akar rambutnya tidak terlalu besar, tidak rimbun dan tidak menonjol kepermukaan tanah. Akar rambutnya berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen, oleh karena itu tanah disekitar pohon sengon menjadi subur.

Dengan sifat-sifat kelebihan yang dimiliki sengon, maka banyak pohon sengon ditanam ditepi kawasan yang mudah terkena erosi dan menjadi salah satu kebijakan pemerintah melalui DEPHUTBUN untuk menggalakan ‘Sengonisasi’ di sekitar daerah aliran sungai (DAS) di Jawa, Bali dan Sumatra.

Bunga tanaman sengon tersusun dalam bentuk malai berukuran sekitar 0,5 – 1 cm, berwarna putih kekuning-kuningan dan sedikit berbulu. Setiap kuntum bunga mekar terdiri dari bunga jantan dan bunga betina, dengan cara penyerbukan yang dibantu oleh angin atau serangga.

Buah sengon berbentuk polong, pipih, tipis, dan panjangnya sekitar 6 – 12 cm. Setiap polong buah berisi 15 – 30 biji. Bentuk biji mirip perisai kecil dan jika sudah tua biji akan berwarna coklat kehitaman,agak keras, dan berlilin.

Habitat Sengon

Tanah

Tanaman Sengon dapat tumbuh baik pada tanah regosol, aluvial, dan latosol yang bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dengan kemasaman tanah sekitar pH 6-7.

Iklim

Ketinggian tempat yang optimal untuk tanaman sengon antara 0 – 800 m dpl. Walapun demikian tanaman sengon ini masih dapat tumbuh sampai ketinggian 1500 m di atas permukaan laut. Sengon termasuk jenis tanaman tropis, sehingga untuk tumbuhnya memerlukan suhu sekitar 18 ° – 27 °C.

Curah Hujan

Curah hujan mempunyai beberapa fungsi untuk tanaman, diantaranya sebagai pelarut zat nutrisi, pembentuk gula dan pati, sarana transpor hara dalam tanaman, pertumbuhan sel dan pembentukan enzim, dan menjaga stabilitas suhu. Tanaman sengon membutuhkan batas curah hujan minimum yang sesuai, yaitu 15 hari hujan dalam 4 bulan terkering, namun juga tidak terlalu basah, dan memiliki curah hujan tahunan yang berkisar antara 2000 – 4000 mm.

Kelembaban

Kelembaban juga mempengaruhi setiap tanaman. Reaksi setiap tanaman terhadap kelembaban tergantung pada jenis tanaman itu sendiri. Tanaman sengon membutuhkan kelembaban sekitar 50%-75%.

Keragaman Penggunaan dan Manfaat Kayu sengon

Pohon sengon merupakan pohon yang serba guna. Dari mulai daun hingga perakarannya dapat dimanfaatkan untuk beragam keperluan.

Daun

Daun Sengon, sebagaimana famili Mimosaceae lainnya merupakan pakan ternak yang sangat baik dan mengandung protein tinggi. Jenis ternak seperti sapi, kerbau, dfan kambingmenyukai daun sengon tersebut.

Perakaran

Sistem perakaran sengon banyak mengandung nodul akar sebagai hasil simbiosis dengan bakteri Rhizobium. Hal ini menguntungkan bagi akar dan sekitarnya. Keberadaan nodul akar dapat membantu porositas tanah dan openyediaan unsur nitrogen dalam tanah. Dengan demikian pohon sengon dapat membuat tanah disekitarnya menjadi lebih subur. Selanjutnya tanah ini dapat ditanami dengan tanaman palawija sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani penggarapnya.

Kayu

Bagian yang memberikan manfaat yang paling besar dari pohon sengon adalah batang kayunya. Dengan harga yang cukup menggiurkan saat ini sengon banyak diusahakan untuk berbagai keperluan dalam bentuk kayu olahan berupa papan papan dengan ukuran tertentu sebagai bahan baku pembuat peti, papan penyekat, pengecoran semen dalam kontruksi, industri korek api, pensil, papan partikel, bahan baku industri pulp kertas dll.

Pembibitan Sengon

a) Benih

Pada umumnya tanaman sengon diperbanyak dengan bijinya. Biji sengon yang dijadikan benih harus terjamin mutunya. Benih yang baik adalah benih yang berasal dari induk tanaman sengon yang memiliki sifat-sifat genetik yang baik, bentuk fisiknya tegak lurus dan tegar, tidak menjadi inang dari hama ataupun penyakit. Ciri-ciri penampakan benih sengon yang baik sebagai berikut :

Kulit bersih berwarna coklat tua

Ukuran benih maksimum

Tenggelam dalam air ketika benih direndam, dan

Bentuk benih masih utuh.

Selain penampakan visual tersebut, juga perlu diperhatikan daya tumbuh dan daya hidupnya, dengan memeriksa kondisi lembaga dan cadangan makanannya dengan mengupas benih tersebut. Jika lembaganya masih utuh dan cukup besar, maka daya tumbuhnya tinggi.

b) Kebutuhan Benih

Jumlah benih sengon yang dibutuhkan untuk luas lahan yang hendak ditanami dapat dihitung dengan menggunakan rumus perhitungan sederhana berikut :

Keterangan :

Luas kebun penanaman sengon 1 hektar (panjang= 100 m dan lebar= 100 m)

Jarak tanam 3 x 2 meter

Satu lubang satu benih sengon

Satu kilogram benih berisi 40.000 butir

Daya tumbuh 60 %

Tingkat kematian selama di persemaian 15 %

Dengan demikian jumlah benih = 100 / 3 x 100/2 x 1 = 1.667 butir. Namun dengan memperhitungkan daya tumbuh dan tingkat kematiannnya, maka secara matematis dibutuhkan 3.705 butir. Sedangkan operasionalnya, untuk kebun seluas satu hektar dengan jarak tanam 3 x 2 meter dibutuhkan benih sengon kira-kira 92,62 gram, atau dibulatkan menjadi 100 gram.

c) Perlakuan benih

Sehubungan dengan biji sengon memiliki kulit yang liat dan tebal serta segera berkecambah apabila dalam keadaan lembab, maka sebelum benih disemaikan , sebaiknya dilakukan treatment guna membangun perkecambahan benih tersebut, yaitu : Benih direndam dalam air panas mendidih (80 C) selama 15 – 30 menit. Setelah itu, benih direndam kembali dalam air dingin sekitar 24 jam, lalu ditiriskan. untuk selanjutnya benih siap untuk disemaikan.

d) Pemilihan Lokasi Persemaian

Keberhasilan persemaian benih sengon ditentukan oleh ketepatan dalam pemilihan tempat. Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa persyaratan memilih tempat persemaian sebagai berikut :

Lokasi persemaian dipilih tempat yang datar atau dengan derajat kemiringan maksimum 5 %

Diupayakan memilih lokasi yang memiliki sumber air yang mudah diperoleh sepanjang musim ( dekat dengan mata air, dekat sungai atau dekat persawahan).

Kondisi tanahnya gembur dan subur, tidak berbatu/kerikil, tidak mengandunh tanah liat.

Berdekatan dengan kebun penanaman dan jalan angkutan, guna menghindari kerusakan bibit pada waktu pengangkutan.

Untuk memenuhi kebutuhan bibit dalam jumlah besar perlu dibangun persemaian yang didukung dengan sarana dan prasarana pendukung yang memadai, antara lain bangunan persemaian, sarana dan prasarana pendukung, sarana produksi tanaman dll. Selain itu ditunjang dengan ilmu pengetahuan yang cukup diandalkan.

Pembibitan Sengon

a) Benih

Pada umumnya tanaman sengon diperbanyak dengan bijinya. Biji sengon yang dijadikan benih harus terjamin mutunya. Benih yang baik adalah benih yang berasal dari induk tanaman sengon yang memiliki sifat-sifat genetik yang baik, bentuk fisiknya tegak lurus dan tegar, tidak menjadi inang dari hama ataupun penyakit. Ciri-ciri penampakan benih sengon yang baik sebagai berikut :

Kulit bersih berwarna coklat tua

Ukuran benih maksimum

Tenggelam dalam air ketika benih direndam, dan

Bentuk benih masih utuh.

Selain penampakan visual tersebut, juga perlu diperhatikan daya tumbuh dan daya hidupnya, dengan memeriksa kondisi lembaga dan cadangan makanannya dengan mengupas benih tersebut. Jika lembaganya masih utuh dan cukup besar, maka daya tumbuhnya tinggi.

b) Kebutuhan Benih

Jumlah benih sengon yang dibutuhkan untuk luas lahan yang hendak ditanami dapat dihitung dengan menggunakan rumus perhitungan sederhana berikut :

Keterangan :

Luas kebun penanaman sengon 1 hektar (panjang= 100 m dan lebar= 100 m)

Jarak tanam 3 x 2 meter

Satu lubang satu benih sengon

Satu kilogram benih berisi 40.000 butir

Daya tumbuh 60 %

Tingkat kematian selama di persemaian 15 %

Dengan demikian jumlah benih = 100 / 3 x 100/2 x 1 = 1.667 butir. Namun dengan memperhitungkan daya tumbuh dan tingkat kematiannnya, maka secara matematis dibutuhkan 3.705 butir. Sedangkan operasionalnya, untuk kebun seluas satu hektar dengan jarak tanam 3 x 2 meter dibutuhkan benih sengon kira-kira 92,62 gram, atau dibulatkan menjadi 100 gram.

c) Perlakuan benih

Sehubungan dengan biji sengon memiliki kulit yang liat dan tebal serta segera berkecambah apabila dalam keadaan lembab, maka sebelum benih disemaikan , sebaiknya dilakukan treatment guna membangun perkecambahan benih tersebut, yaitu : Benih direndam dalam air panas mendidih (80 C) selama 15 – 30 menit. Setelah itu, benih direndam kembali dalam air dingin sekitar 24 jam, lalu ditiriskan. untuk selanjutnya benih siap untuk disemaikan.

d) Pemilihan Lokasi Persemaian

Keberhasilan persemaian benih sengon ditentukan oleh ketepatan dalam pemilihan tempat. Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa persyaratan memilih tempat persemaian sebagai berikut :

Lokasi persemaian dipilih tempat yang datar atau dengan derajat kemiringan maksimum 5 %

Diupayakan memilih lokasi yang memiliki sumber air yang mudah diperoleh sepanjang musim ( dekat dengan mata air, dekat sungai atau dekat persawahan).

Kondisi tanahnya gembur dan subur, tidak berbatu/kerikil, tidak mengandunh tanah liat.

Berdekatan dengan kebun penanaman dan jalan angkutan, guna menghindari kerusakan bibit pada waktu pengangkutan.

Untuk memenuhi kebutuhan bibit dalam jumlah besar perlu dibangun persemaian yang didukung dengan sarana dan prasarana pendukung yang memadai, antara lain bangunan persemaian, sarana dan prasarana pendukung, sarana produksi tanaman dll. Selain itu ditunjang dengan ilmu pengetahuan yang cukup diandalkan.

Langkah-Langkah Penyemaian Benih Sengon

Terlepas dari kegiatan pembangunan dan penyediaan sarana dan prasarana pendukung maka langkah-langkah penyemaian benih dapat dibagi benjadi tahap – tahap kegiatan sebagai berikut:

a) Penaburan

Kegiatan penaburan dilakukan dengan maksud untuk memperoleh prosentase kecambah yang maksimal dan menghasilkan kecambah yang sehat. Kualitas kecambah ini akan mendukung terhadap pertumbuhan bibit tanaman, kecambah yang baik akan menghasilkan bibit yang baik pula dan hal ini akan dapat membentuk tegakan yang berkualitas.

Bahan dan alat yang perlu diperhatikan dalam kegiatan penaburan adalah sebagai berikut :

Benih

Bedeng tabur/bedeng kecambah

Media Tabur, campuran pasir dengan tanah 1 : 1

Peralatan penyiraman

Tersedianya air yang cukup

dan sebagainya.

Teknik pelaksanaan, bedeng tabur dibuat dari bahan kayu/bambu dengan atap rumbia dengan ukuran bak tabur 5 x 1 m ukuran tinggi naungan depan 75 cm belakang 50 cm.. kemudian bedeng tabur disi dengan media tabur setebal 10 cm , usahakan agar media tabur ini bebas dari kotoran/sampah untuk menghindari timbulnya penyakit pada kecambah.

Penaburan benih pada media tabur dilakukan setelah benih mendapat perlakuan guna mempercepat proses berkecambah dan memperoleh prosen kecambah yang maksimal. Penaburaan dilakukan pada waktu pagi hari atau sore hari untuk menghindari terjadinya penguapan yang berlebihan.

Penaburan ini ditempatkan pada larikan yang sudah dibuat sebelumnya, ukuran larikan tabur ini berjara 5 cm antar larikan dengan kedalaman kira – kira 2,0 cm. Usahakan benih tidak saling tumpang tindih agar pertumbuhan kecambah tidak bertumpuk. Setelah kecambah berumur 7 – 10 hari maka kecambah siap untuk dilakukan penyapihan.

Penyapihan Bibit

Langkah-langkah kegiatan penyapihan bibit antara lain adalah :

Siapkan kantong plastik ukuran 10 x 20 cm, dan dilubangi kecil-kecil sekitar 2 – 4 lubang pada bagian sisi-sisinya.

Masukkan media tanam yang berupa campuran tanah subur, pasir dan pupuk kandang (1:1:1). Jika tanah cukup gembur, jumlah pasir dikurangi.

Setelah media tanam tercampur merata, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plasitk setinggi ¾ bagian, barulah kecambah sengon ditanam, setiap kantong diberi satu batang kecambah.

Kantong plastik yang telah berisi anakan, diletakkan dibawah para-para yang diberi atap jerami atau daun kelapa, agar tidak langsung tersengat terik matahari.

Pada masa pertumbuhan anakan semai sampai pada saat kondisi bibit layak untuk ditanam di lapangan perlu dilakukan pemeliharaan secara intensip.

c) Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan terhadap bibit dipersemaian adalah sebagai berikut :

Penyiraman

Penyiraman yang optimum akan memberikan pertumbuhan yang optimum pada semai / bibit. Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari maupun siang hari dengan menggunakan nozle. Selanjutnya pada kondisi tertentu, penyiraman dapat dilakukan lebih banyak dari keadaan normal, yaitu pada saat bibit baru dipindah dari naungan ke areal terbuka dan hari yang panas.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan menggunakan larutan "gir". Adapun pembuatan larutan "gir: sebagai berikut :

Disiapkan drum bekas dan separuh volumenya diisi pupuk kandang. Tambahkan air sampai volumenya ¾ bagian, kemudian tambahkan 15 kg TSP, lalu diaduk rata. Biarkan selama seminggu dan setelah itu digunakan untuk pemupukan.

Dosis pemupukan sebanyak 2 sendok makan per 2 minggu, pada umur 6 bulan, ketika tingginya 70 – 125 cm, bibit siap dipindahkan ke kebun.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan apabila bibit ada yang mati dan perlu dilakukan dengan segera agar bibit sulaman tidak tertinggal jauh dengan bibit lainnya.

Penyiangan

Penyiangan terhadap gulma, dilakukan dengan mencabut satu per satu dan bila perlu dibantu dengan alat pencungkil, namun dilakukan hati –hati agar jangan sampai akar bibit terganggu.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Beberapa hama yang biasa menyerang bibit adalah semut, tikus rayap, dan cacing, sedangkan yang tergolong penyakit ialah kerusakan bibit yang disebabkan oleh cendawan.

Seleksi bibit

Kegiatan seleksi bibit merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum bibit dimutasikan kelapangan, maksudnya yaitu mengelompokan bibit yang baik dari bibit yang kurang baik pertumbuhannya. Bibit yang baik merupakan prioritas pertama yang bisa dimutasikan kelapangan untuk ditanam sedangkan bibit yang kurang baik pertumbuhannya dilakukan pemeliharaan yang lebih intensip guna memacu pertumbuhan bibit sehingga diharapkan pada saat waktu tanam tiba kondisi bibit mempunyai kualitas yang merata.

Penyiapan Lahan

Penyiapan lahan pada prinsipnya membebaskan lahan dari tumbuhan pengganggu atau komponen lain dengan maksud untuk memberikan ruang tumbuh kepada tanaman yang akan dibudidayakan. Cara pelaksanaan penyipan lahan digolongkan menjadi 3 cara, yaitu cara mekanik, semi mekanik dan manual. Jenis kegiatannya terbagi menjadi dua tahap ;

Pembersihan lahan, yaitu berupa kegiatan penebasan terhadap semak belukar dan padang rumput. Selanjutnya ditumpuk pada tempat tertentu agar tidak mengganggu ruang tumbuh tanaman.

Pengolahan tanah, dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah dengan cara mencanggkul atau membajak (sesuai dengan kebutuhan).

Penanaman

Jenis kegiatan yang dilakukan berupa :

Pembuatan dan pemasangan ajir tanam

Ajir dapa dibuat dari bahan bambu atau kayu dengan ukuran, panjang 0,5 – 1 m, lebar 1 – 1,5 cm. Pemasangangan ajir dimaksudkan untuk memberikan tanda dimana bibit harus ditanam, dengan demikian pemasangan ajir tersebut harus sesuai dengan jarak tanam yang digunakan

Pembuatan lobang tanam, lobang tanam dibuat dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm tepat pada ajir yang sudah terpasang.

Pengangkutan bibit, ada dua macam pengangkutan bibit yaitu pengankuatan bibit dari lokasi persemaian ketempat penampungan bibit sementara di lapangan (lokasi penanaman), dan pengangkutan bibit dari tempat penampungan sementara ke tempat penanaman.

Penanaman bibit, pelaksanaan kegiatan penanaman harus dilakukan secara hati – hati agar bibit tidak rusak dan penempatan bibit pada lobang tanam harus tepat ditengah-tengah serta akar bibit tidak terlipat, hal ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit selanjutnya.

Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan berupa kegiatan

Penyulaman, yaitu penggantian tanaman yang mati atau sakit dengan tanaman yang baik, penyulaman pertama dilakukan sekitar 2-4 minggu setelah tanam, penyulaman kedua dilakukan pada waktu pemeliharaan tahun pertama (sebelum tanaman berumur 1 tahun). Agar pertumbuhan bibit sulaman tidak tertinggal dengan tanaman lain, maka dipilih bibit yang baik disertai pemeliharaan yang intensif.

Penyiangan,

Pada dasarnya kegiatan penyiangan dilakukan untuk membebaskan tanaman pokok dari tanaman penggagu dengancara membersihkan gulma yang tumbuh liar di sekeliling tanaman, agar kemampuan kerja akar dalam menyerap unsur hara dapat berjalan secara optimal. Disamping itu tindakan penyiangan juga dimaksudkan untuk mencegah datangnya hama dan penyakit yang biasanya menjadikan rumput atau gulma lain sebagai tempat persembunyiannya, sekaligus untuk memutus daur hidupnya.

Penyiangan dilakukan pada tahun-tahun permulaan sejak penanaman agar pertumbuhan tanaman sengon tidak kerdil atau terhambat, selanjutnya pada awal maupun akhir musim penghujan, karena pada waktu itu banyak gulma yang tumbuh.

Pendangiran,

Pendangiran yaitu usaha mengemburkan tanah disekitar tanaman dengan maksud untuk memperbaiki struktur tanah yang berguna bagi pertumbuhan tanman.

Pemangkasan,

Melakukan pemotongan cabang pohon yang tidak berguna (tergantung dari tujuan penanaman).

Penjarangan

Penjarangan dillakukan untuk memberikan ruang tumbuh yang lebih leluasa bagi tanaman sengon yang tinggal. Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 2 dan 4 tahun, Penjarangan pertama dilakukan sebesar 25 %, maka banyaknya pohon yang ditebang 332 pohon per hektar, sehingga tanaman yang tersisa sebanyak 1000 batang setiap hektarnya dan penjarangan kedua sebesar 40 % dari pohon yang ada ( 400 pohon/ha ) dan sisanya 600 pohon dalam setiap hektarnya merupakan tegakan sisa yang akan ditebang pada akhir daur.

Cara penjarangan dilakukan dengan menebang pohon-pohon sengon menurut sistem "untu walang" (gigi belakang) yaitu : dengan menebang selang satu pohon pada tiap barisan dan lajur penanaman.

Sesuai dengan daur tebang tanaman sengon yang direncanakan yaitu selama 5 tahun maka pemeliharaan pun dilakukan selama lima tahun. Jenis kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan tanaman. Pemeliharaan tahun I sampai dengan tahun ke III kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan dapat berupa kegiatan penyulaman, penyiangan, pendangiran, pemupukan dan pemangkasan cabang. Pemeliharaan lanjutan berupa kegiatan penjarangan dengan maksud untuk memberikan ruang tumbuh kepada tanaman yang akan dipertahankan, presentasi dan prekuensi penjarangan disesuaikan dengan aturan standar teknis kehutanan yang ada.



Sabtu, 12 Februari 2011

PEMBUATAN PORASI

Porasi (pupuk organik dengan cara fermentasi) dibuat dengan memfermentasi bahan-bahan organik oleh mikroorganisme yang terdapat dalam pupuk hayati M-BIO, sehingga dapat mempercepat proses dekomposisi atau pelapukan bahan-bahan organik. Jika dibandingkan dengan cara pembuatan kompos, pembuatan porasi lebih cepat, yaitu hanya memerlukan waktu ± 10 hari.
Pembuatan porasi, baik porasi padat maupun porasi cair dapat disesuaikan dengan bahan-bahan organik yang tersedia di masing-masing daerah atau lokasi.
PEMBUATAN PORASI PADAT/KERING

a. Bahan dan Alat
• Pupuk Hayati M-BIO
• Bahan organik; pupuk kandang (sapi, kerbau, kambing/ domba, babi, kuda, ayam, dan lain-lain), sisa atau limbah tanaman (jerami, sekam padi, batang pisang, rumput-rumputan/daun-daunan, sampah organik, humus hutan, limbah jamur tiram).
• ekatul/dedak
• Gula putih atau gula merah
• Air
• Ember dan embrat
• Sekop atau cangkul
• Karung goni atau penutup lainnya
• Thermometer jika ada

b. Cara Pembuatan
• Pupuk hayati M-BIO + gula putih atau gula merah dilarutkan ke dalam air pada ember atau drum dengan perbandingan 50 liter air, 1 liter M-BIO, dan 1kg gula putih atau merah
• Lebih kurang 1000 kg bahan-bahan organik, 50 Kg dedak, diaduk secara merata, dengan menggunakan skop atau cangkul.
• Siramkan larutan M-BIO+ gula secara merata dengan menggunakan embrat pada campuran bahan organik, sampai kandungan air pada campuran bahan organik tersebut (adonan) mencapai ± 50% (adonan bila diremas dengan tangan tidak ke luar air, dan apabila remasan dilepas adonan mekar)
• Adonan ditumpukan secara merata dengan ketinggian 20-40 cm, kemudian ditutup dengan karung goni atau penutup lainnya,. Setelah 6-8 jam suhu dalam adonan dicek. Selanjutnya dilakukan pembalikan adonan sampai adonan tersebut dingin kemudian ditutup kembali. Pembalikan adonan selanjutnya dilakukan setiap hari untuk mempertahankan suhu adonan di bawah 40 0 C.
• Setelah 7 - 10 hari fermentasi, maka dihasilkan porasi yang kering, dingin, dan memiliki aroma khas serta siap untuk digunakan/diaplikasikan.


c. Cara Penggunaan/aplikasi
• Pupuk porasi digunakan atau diaplikasi sama halnya dengan penggunaan pupuk organik lainnya, yaitu dengan cara ditebarkan di atas lahan pada saat atau setelah pengolahan tanah, kemudian dicampur dengan tanah secara merata. Untuk tanaman buah-buhan atau tanaman tahunan, porasi digunakan dengan cara dibenamkan di sekeliling tanaman. Sedangkan untuk tanaman dalam pot atau polybag dicampurkan dengan media tanam lainnya.
• Takaran pupuk porasi berkisar antara 5-10 ton/ha, tergantung pada komoditas tanaman dan tingkat kesuburan tanah.
• Untuk mendapatkan hasil yang baik, dapat dikombinasi- kan dengan pemberian porasi cair atau penyemprotkan M-Bio secara langsung (5 ml M-Bio/L air) pada tanah.

PEMBUATAN PORASI CAIR
a. Bahan dan Peralatan :
• Pupuk hayati M-Bio
• Bahan organik; pupuk kandang (sapi, kerbau, kambing/ domba, babi, kuda, ayam, dan lain-lain), sisa atau limbah tanaman (jerami, sekam padi, batang pisang, rumput-rumputan/daun-daunan, sampah organik).
• Gula putih atau gula merah
• Air sumur atau sungai
• Drum atau wadah lain yang tertutup
b. Cara Pembuatan :
• Isi drum atau wadah yang bertutup dengan air sumur/sungai sebanyak 150 liter atau 2/3 bagian kapasitas drum atau wadah.
• Masukan gula putih atau gula merah sebanyak 1 Kg, bahan organik sebanyak 1/3 bagian dari kapasitas drum atau wadah kapasitas drum atau wadah, kemudian masukan M-Bio sebanyak ± 2 liter ke dalam drum atau wadah bertutup.
• Aduk larutan tersebut sampai rata, lalu drum atau wadah tersebut ditutup. Lakukan pengadukan larutan tersebut sehari sekali selama 4 hari, setelah itu larutan siap diaplikasikan.

c. Cara Penggunaan/aplikasi
• Setiap satu liter pupuk porasi cair dicampur dengan 5- 10 liter air.
• Sebelum disemprotkan, saring dahulu larutan pupuk porasi cair agar sisa-sisa bahan organik yang tidak larut tidak terbawa ke dalam tangki sprayer.
• Semprotkan pupuk porasi cair pada tanaman dan atau di atas tanah. Untuk tanaman dalam pot dapat dengan cara disiramkan.

Selasa, 08 Februari 2011

BUDIDAYA TANAMAN CABAI DALAM POLYBAG/POT



PENDAHULUAN
Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan dengan nama ilmiah Capsicum sp. Tanaman cabai memiliki banyak ragam tipe pertumbuhan dan bentuk buah. Pada umumnya masyarakat hanya mengenal beberapa jenis saja, yaitu cabai besar, cabai keriting, cabai rawit, dan paprika.
Secara umum cabai memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin, diantaranya Kalori,Protein, Lemak, Kabohidarat, Kalsium, Vitamin A, B1 dan Vitamin C.

SYARAT TUMBUH
Pada umumnya cabai dapat tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 2.000 meter dpl. Cabai dapat beradaptasi dengan baik pada temperatur 24 – 27o C dengan kelembaban yang tidak terlalu tinggi.


TEKNIS PENYIAPAN BENIH
Benih dapat dibuat sendiri dengan cara, memilih buah cabai yang matang (merah), bentuk sempurna, segar, tidak cacat, dan tidak terserang penyakit. Kemudian keluarkan bijinya dengan mengiris buah secara memanjang. Cuci biji lalu keringkan. Kemudian pilih biji yang bentuk, ukuran, warna seragam, permukaan kulit bersih, tidak keriput dan tidak cacat. Bila kesulitan membuat sendiri, benih dapat dibeli di toko pertanian setempat.

PERSIAPAN TANAM
Benih yang akan ditanam, diseleksi dengan cara merendam dalam air, biji yang terapung dibuang. Sebelum persemaian ditanam di tempat yang permanen, sebaiknya benih disemai terlebih dahulu dalam wadah semai yang dapat berupa bak plastik atau kayu dengan ketebalan ± 10 cm yang telah dilubangi bagian dasarnya untuk pengaturan air (drainase). Adapun langkah-langkah untuk persiapan tanam, sebagai berikut :
1. Siapkan media tanam dalam wadah semai berupa tanah pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1 (Penyiapan media tanam ini dapat dilakukan 1 (satu) minggu sebelum penyemaian benih)
2. Benih yang akan ditanam sebelumnya direndam terlebih dahulu dalam air hangat (50o Celcius) selama ± 24 jam
3. Benih ditebar secara merata pada media persemaian dengan jarak antar benih 5 x 5 cm. Hal ini dilakukan agar pada saat pemindahan tanaman, akar tidak rusak
4. Taburkan selapis tipis tanah di atas benih yang telah ditaburkan. Letakkan wadah semai tersebut di tempat yang teduh dan lakukan penyiraman secukupnya agar media persemaian tetap lembab.
PEMBIBITAN
1. Benih yang telah berkecambah / bibit telah yang berumur 10-14 hari dapat dipindahkan ke tempat pembibitan
2. Pindahkan bibit ke dalam polybag berukuran 8 x 9 cm sebagai wadah pembibitan. Sebelumnya pot/polybag telah diisi media tanam berupa tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1
3. Pada saat bibit dipindahkan, tanah sekitar akar ditekan-tekan agar padat dan bibit dapat berdiri tegak. Kemudian letakkan bibit di tempat teduh dan disiram secukupnya agar kelembaban media terjaga
4. Bibit dapat ditanam di polybag/pot setelah berumur 30 – 40 hari.
PERSIAPAN MEDIA TANAM
1. Siapkan polybag/pot dengan diameter 15 - 20 cm sebagai tempat penanaman
2. Masukkan media tanam ke dalamnya berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 sebanyak 1/3 volume polybag/pot. Tambahkan pupuk buatan sebagai pupuk dasar, yaitu 10 gr SP 36, 5 gr KCl, dan 1/3 bagian dari campuran 10 gr Urea + 20 gr ZA untuk setiap tanaman (2/3 sisanya digunakan sebagai pupuk susulan)
3. Kemudian siramkan air ke dalam media agar pupuk larut dalam tanah.
PENANAMAN
1. Pilih bibit cabai yang baik, yaitu yang pertumbuhannya tegar, warna daun hijau, tidak cacat/terkena hama dan penyakit
2. Tanam bibit tersebut di polybag/pot penanaman
3. Tanam bibit tepat di tengah, lalu tambahkan media tanam hingga mencapai sekitar 2 cm dari bibir polybag/pot
4. Padatkan permukaan media tanam dan siram dengan air lalu letakkan di tempat terbuka yang terkena sinar matahari langsung.
PEMELIHARAAN
1. Lakukan penyiraman secukupnya untuk menjaga kelembaban media (dilakukan 2–3 kali sehari, tergantung kelembaban)
2. Lakukan pemupukan susulan (Umur 30 hari setelah tanam /HST : 5 gr KCl per tanaman dan Umur 30 dan 60 HST masing-masing 1/3 bagian dari sisa campuran Urea dan ZA pada saat pemupukan dasar
3. Lakukan perompesan/pembuangan cabang daun di bawah cabang utama dan buang bunga yang pertama kali muncul.
PEMASANGAN AJIR
Ajir dipasang dengan tujuan untuk menopang tanaman sewaktu berbuah lebat. Ajir dibuat dari bilah bambu setinggi ± 125 cm, lebar 4 cm, dan tebal 2 cm. Pemasangan ajir dilakukan pada usia tanaman 1 bulan.
PENGENDALIAN HPT
1. Untuk mengendalikan hama lalat buah yang menyebabkan busuk buah, dapat diberikan perangkap dengan menggunakan Antraxtan
2. Untuk mengendalikan serangga penghisap daun seperti thrips, aphid dapat menggunakan insektisida seperti Curacron
3. Untuk mengendaliakan penyakit busuk buah kering (Antraknosa) yang disebabkan cendawan dapat menggunakan fungisida seperti Antracol
Dosis dan aplikasi obat-obatan tersebut dapat dilihat pada label pemakaian
PANEN
Cabai dapat dipanen pada umur sekitar 80 HST. Pemetikan cabai dapat dilakukan 1-2 kali seminggu disesuaikan dengan kebutuhan.
Pemetikan dilakukan dengan hati-hati agar percabangan/tangkai tanaman tidak patah.
Sumber : Vidia ( Thl _tbppJakarta-Pusat)

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Lady Gaga, Salman Khan